Kita percaya
bahwa anak lahir dengan keunikannya masing-masing.
Sebagai pendidik, kita wajib memastikan agar setiap anak mendapatkan kesempatan yang
sama untuk belajar dengan cara terbaik
yang sesuai untuk mereka. Melalui praktik pembelajaran berdiferensiasi, murid tidak hanya dapat memaksimalkan
potensi mereka, tapi juga dapat belajar tentang berbagai nilai-nilai kehidupan yang penting. Nilai-nilai tentang indahnya perbedaan, menghargai, makna
baru dari kesuksesan, kekuatan diri,
kesempatan yang setara, kemerdekaan belajar, dan berbagai nilai penting lainnya yang akan berkontribusi terhadap
perkembangan diri secara holistik/utuh.
Kita harus mengetahui bagaimana proses pembelajaran berdiferensiasi ini dapat
dilakukan, dengan cara-cara yang memungkinkan
guru untuk dapat mengelolanya secara efektif.
Pembelajaran berdiferensiasi bukan berarti bahwa guru harus mengajar dengan cara berbeda antar semua siswa di kelasnya. Bukan pula berarti bahwa guru harus memperbanyak jumlah soal untuk murid yang lebih cepat bekerja dibandingkan yang lain. Guru tidak harus mengelompokkan siswa berdasarkan kemampuan akademiknya. Guru tidak perlu memberikan tugas yang berbeda untuk setiap murid. Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah sebuah proses pembelajaran yang merepotkan, di mana gurunya harus membuat beberapa perencanaan pembelajaran sekaligus, dimana guru harus sibuk ke sana kemari untuk membantu semua siswa secara satu persatu dalam waktu yang sama.
Apa itu pembelajaran
berdiferensiasi? Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan
masuk akal (common sense)
yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut
adalah yang terkait dengan:
1. Bagaimana guru menciptakan lingkungan belajar yang mengundang murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan
belajar yang tinggi. Guru memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang
proses pembelajaran.
2. Kurikulum disusun dengan tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas, sehingga siswa paham tujuan pembelajaran.
3. Penilaian berkelanjutan sehingga guru menggunakan informasi yang didapatkan dari proses
penilaian formatif, untuk memetakan tingkat keberhasilan murid.
4. Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya.
Bagaimana guru akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid. Misalnya,
apakah guru perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara yang
berbeda, dan penugasan serta
penilaian yang berbeda.
5.
Manajemen
kelas yang efektif sehingga guru
menciptakan prosedur, rutinitas,
metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas. Jangan lupa buat struktur yang jelas, sehingga walaupun
mungkin melakukan kegiatan yang berbeda,
kelas tetap dapat berjalan secara efektif
Agar dapat membuat keputusan-keputusan
yang tepat, kita perlu melakukan pemetaan kebutuhan belajar murid. Menurut Tomlinson
(2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom tertulis bahwa kita dapat mengkategorikan kebutuhan belajar murid, berdasarkan 3 aspek
yaitu: 1) Kesiapan
belajar (readiness) murid,
2) Minat
murid, dan 3) Profil belajar murid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar