Kamis, 31 Desember 2009

Sayembara Penulisan Naskah Buku Pengayaan Tahun 2010

Sayembara Penulisan Naskah Buku Pengayaan Tahun 2010

        Mengikuti lomba tingkat nasional bagi guru merupakan kegiatan yang sangat menyenangkan. Selain mendapat hadiah yang cukup menggiurkan, kita akan mendapatkan banyak pengalaman. Pengalaman saya sebagai finalis LKG tingkat nasional tahun 2009, dapat mengenal dan sharing pengetahuan dengan finalis dari daerah lain di nusantara yang ternyata mayoritas mereka adalah para guru yang memiliki banyak prestasi. Pengalaman yang kita dapatkan tentu akan memperluas wawasan sehingga meningkatkan kompetensi kita sebagai pendidik. Pada muaranya anak didik kitalah yang mendapat keuntungan. Marilah kita dukung lomba guru tingkat nasional! Berikut ini adalah informasi lomba/sayembara : Sayembara Penulisan Naskah Buku Pengayaan Tahun 201.
        Jakarta, Sabtu (21 November 2009) Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional (Pusbuk Depdiknas) menggelar sayembara penulisan naskah buku pengayaan 2010. Kegiatan ini digelar untuk meningkatkan motivasi menulis di kalangan pendidik dan tenaga kependidikan. Sayembara yang terbuka bagi para pendidik dan tenaga kependidikan baik formal maupun nonformal ini berhadiah
total Rp. 1.080.000. 000,00.
        Tema penulisan adalah Membangun Manusia Indonesia yang Religius, Cerdas, Bermartabat, Mandiri, dan Kompetitif di Era Global. Naskah yang disayembarakan adalah buku pengayaan yang memuat materi yang dapat memperkaya dan meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan keterampilan, serta membentuk kepribadian peserta didik. Peruntukan pembaca adalah untuk jenjang pendidikan SD/MI (kelas 4,5, dan 6), SMP/MTs, dan SMA/MA/SMK/MAK.
        Kepala Bidang Pengembangan Naskah dan Pengendalian Mutu Buku Pusbuk Depdiknas, Wahyu Trihartati, mengatakan, kegiatan ini merupakan salah satu upaya Pusbuk Depdiknas untuk membantu meningkatkan baik mutu maupun jumlah penulis dan naskah buku pengayaan. Sayembara ini khusus untuk pendidik karena Pusbuk berkeyakinan kalau guru-guru yang menulis karena dia yang mengetahui kebutuhan siswa, dia yang bergaul dengan siswa sehari-hari, dia yang bisa menulis,katanya pada kegiatan Sosialisasi Standar/Instrumen Penilaian Buku Teks Pelajaran di Hotel Mega Anggrek, Jakarta, Sabtu (21/11/2009) .
        Wahyu mengatakan, hasil naskah para pemenang akan ditawarkan kepada para penerbit. Hak cipta ada di penulis, Pusbuk hanya membantu memfasilitasi dengan menawarkan kepada para penerbit yang berminat. Kita minta untuk menetapkan royalti dan terus kita pantau penerbitannya, katanya.
        Jenis naskah yang disayembarakan masing- masing enam naskah untuk tiap jenjang pendidikan. Untuk SD/MI (kelas 4,5, dan 6) meliputi, pengayaan pengetahuan alam dan matematika, pengayaan pengetahuan sosial dan humaniora, pengayaan keterampilan vokasional (kewirausahaan) , cerita anak, kumpulan pantun, dan kumpulan puisi; untuk SMP/MTs meliputi pengayaan pengetahuan alam dan matematika, pengayaan pengetahuan sosial dan humaniora, pengayaan keterampilan vokasional (kewirausahaan) , novel, kumpulan cerpen, dan kumpulan puisi; dan untuk SMA/MA/SMK/MAK meliputi pengayaan pengetahuan alam dan matematika, pengayaan pengetahuan sosial dan humaniora, pengayaan keterampilan vokasional (kewirausahaan) , novel, drama, dan biografi.
        Persyaratan sayembara antara lain meliputi naskah yang diajukan adalah karya asli, tidak berseri, belum pernah menjadi pemenang sebagian ataupun seluruhnya dalam sayembara manapun, tidak sedang diikutsertakan pada sayembara lain, dan belum pernah diterbitkan. Naskah diketik komputer diatas kertas A4 minimal 60 halaman, 2 spasi, ukuran font 12. Jika menggunakan gambar, ukurannya harus proporsional dan mendukung materi.
        Naskah dikirimkan paling lambat pada 1 Maret 2010 (stempel pos) kepada Panitia Sayembara Penulisan Naskah Buku Pengayaan Tahun 2010 Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, Jalan Gunung Sahari Raya No.4 Jakarta 10002. Hadiah per jenis naskah untuk 54 naskah bagi pemenang I Rp 21.000.000,00, pemenang II Rp 20.000.000, dan pemenang III Rp 19.000.000,00. Informasi lebih lanjut tentang sayembara dapat menghubungi Pusat Perbukuan Depdiknas telepon (021) 3804248, pes 275, fax (021) 3458151, 3806229, email pusbuk@sibi.or.id atau bangnas_pusbuk@yahoo.com , atau melalui laman www.sibi.or.id.

Sumber: Pers Depdiknas

Sabtu, 31 Oktober 2009

PEMBELAJARAN TERPADU MELALUI STUDI WISATA

PEMBELAJARAN TERPADU MELALUI STUDI WISATA

        Study Tour atau Studi Wisata merupakan kegiatan pendidikan di Sekolah Dasar yang biasanya diadakan pada tengah tengah semester 1. Kegiatan ini dapat dirancang sebagai salah satu kegiatan pembelajaran yang bermakna sesuai Standar Kompetensi –Kompetensi Dasar (SK-KD) yang ada, tidak sekedar sebagai renyegaran/refresing.
        Melalui kegiatan Studi Wisata siswa akan mendapatkan pengetahuan bermakna melalui pengamatan langsung terhadap obyek pembelajaran melalui kegiatan yang menyenangkan. Pengalaman belajar akan diperoleh siswa melalui proses pengamatan langsung kepada objek-objek yang berkaitan dengan materi ajar yang dapat dilihat atau ditemui selama kegiatan.
Agar kegiatan Studi Wisata menjadi kegiatan pembelajaran yang bermakna, guru harus merancang rencana pembelajaran dengan kegiatan yang sesuai dengan obyek wisata dan materi ajar pada kelas/semester yang sedang berjalan.
        Metode pengajaran terpadu (pengajaran unit) dipandang sesuai dilihat dari pendekatan DAP (Developmentally Appropriate Practice), karena melalui pengajaran ini keunikan atau keragaman dan berbagai tingkatan perkembangan peserta didik dapat diakomodasikan. Pengajaran menjadi bisa lebih terbuka dan tersedianya berbagai kesempatan anak untuk mendapatkan pengetahuan melalui kegiatan bermakna.
        Pengajaran unit lebih dikenal dengan istilah unit teaching merupakan pembelajaran yang mengarahkan kegiatan peserta didik pemecahan suatu masalah yang dirumuskan dahulu secara bersama-sama. Metode pengajaran unit didefinisikan sebagai cara penyajian pembelajaran yang bertitik tolak dari suatu masalah, kemudian dibahas dari berbagai segi yang berhubungan sehingga pemecahannya secara keseluruhan dan bermakna. Dalam perkembangan dewasa ini pengajaran unit sering disebut sebagai pembelajaran berkorelasi atau pembelajaran terpadu
        Banyak keuntungan yang diperoleh dari kegiatan Studi Wisata sebagai kegiatan pembelajaran terpadu. Beberapa keuntungan studi wisata sebagai pembelajaran terpadu antara lain:
  1. Memperkenalkan siswa kepada objek wisata tertentu yang berkaitan dengan bidang ilmu tertentu
  2. Kegiatan pembelajaran melalui metode langsung berupa pengamatan langsung terhadap objek atau sumber belajar akan membawa kesan yang utuh dan mendalam mengenai materi ajar
  3. Menciptakan situasi belajar yang menyenangkan yang lain dari yang biasanya berlangsung di sekolah
  4. Mengajarkan siswa untuk berinteraksi langsung pada lingkungan sebagai sumber belajar
  5. Membawa siswa dan guru untuk berekreasi sambil mencari ilmu
       Kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran terpadu yang direncanakan dan dilaksanakan masing-masing atau bersama-sama oleh guru kelas/guru bidang studi. Keterpaduan yang diharapkan dapat terjadi dalam hal antar materi ajar, antar sub mata pelajran, dan antar mata pelajaran. Keterpaduan yang mudah didapatkan pada umumnya antar mata pelajaran, maksudnya melalui obyek wisata tertentu dapat diperoleh pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu. Misalnya pada Studi Wisata siswa kelas V semester 1 SD Negeri 1 Banyuroto ke Benteng Vander Wijk, Goa Jati Jajara, dan sirkus Lumba-lumba. Beberapa kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan Standar Kompetensi–Kompetensi Dasar (SK-KD) pada beberapa mata pelajaran adalah sebagai berikut:

a. Matematika
    Kompetensi Dasar: 2.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu, jarak dan kecepatan.
     Kegiatan Pembelajaran: Menentukan rata-rata kecepatan bus wisata

b. IPA
     Kompetensi Dasar:  3.1 Mengidentifikasi penyesuaian diri hewan dengan lingkungan  untuk mempertahankan  hidup
     Kegiatan Pembelajaran: Mengidentifikasi ciri khusus dari lumba-lumba, beruang madu, dan kucing air terkait dengan penyesuaian diri hewan tersebut dengan habitatnya untuk mempertahankan hidup

c.IPS
     Kompetensi Dasar: 1.3 Mengenal keragaman kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan peta / atlas /globe dan media lainnya
    Kegiatan Pembelajaran: Mengidentifikasi kenampakan alam dan buatan yang dilihatnya sepanjang perjalanan dan obyek wisata yang dikunjungi

d. Bahasa Indonesia
     Kompetensi Dasar: 4.4. Menulis karangan berdasarkan pengalaman dengan memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan
Kegiatan Pembelajaran: Menulis karangan berdasarkan pengalamannya dalam mengikuti kagiatan studi wisata

Kamis, 10 September 2009

INTELIGENSI GANDA : PRINSIP UMUM DAN CARA PENGEMBANGANNYA

INTELIGENSI GANDA : PRINSIP UMUM DAN CARA PENGEMBANGANNYA

        Keluh kesah guru tentang lambatnya siswa dalam memahami pelajaran sering kita dengar. Tentu saja anak yang demikian dicap sebagai anak bodoh. Namun demikian, tidak jarang anak yang dicap bodoh IQ rendah waktu sekolah akhirnya menjadi orang sukses karena kepandaiannya. Dan tidak jarang pula anak yang dicap pandai waktu sekolah akhirnya menjadi orang yang kurang beruntung karena tidak mampu bersaing dalam dunia kerja.
        Seorang guru harus berusaha mengenal karakteristik siswa, teori belajar, psikologi pendidikan, dan segudang ilmu pendidikan lainnya agar dapat menentukan tindakan pendidikan yang tepat. Jangan-jangan anak yang dianggap bodoh sebenarnya pandai. Dalam sejarah Einstein pun pernah dicap sebagai murid yang bodoh.
        Menurut Sindhunata (2000 : 86) bahwa siswa akan belajar sungguh-sungguh bila mereka merasa senang dengan bahan itu atau senang dengan mata pelajaran tersebut. Dengan kata lain, siswa baru akan sungguh-sungguh belajar bila pelajaran itu menyenangkan. Seorang siswa akan rajin belajar, mendengarkan penjelasan guru atau mengerjakan pekerjaan rumahnya apabila belajar adalah suasana yang menyenangkan dan menumbuhkan tantangan. Hal senada juga dikemukakan oleh Hernowo (2005 : 7) belajar akan sangat efektif jika siswa berada dalam keadaan yang menyenangkan. Menyenangkan berarti siswa dikondisikan untuk bebas melakukan sesuatu yang disukai secara positif dan sesuai situasi. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk mengatur atau menciptakan strategi pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa.
        Salah satu cara agar belajar siswa menyenangkan adalah bila pelajaran yang disampaikan guru sesuai dengan inteligensi yang menonjol pada diri siswa. Menurut teori inteligensi ganda seorang siswa akan dapat mempelajari materi apapun asal materi itu disampaikan sesuai inteligensi yang cocok dengan inteligensi yang menonjol pada siswa itu (Paul Suparno, 2004:14). Misalnya, seorang siswa yang mempunyai inteligensi musikal akan mudah mempelajari matematika bila diajarkan dan disajikan dengan nuansa musik. Sebaliknya, siswa akan mengalami kesulitan bila diajarkan hanya menggunakan secara matematis logis.
          Menurut Howard Gardner ada sembilan jenis inteligensi. Kesembilan jenis inteligensi tersebut adalah : inteligensi linguistik, inteligensi matematis logis, inteligensi ruang visual, inteligensi kinestetik badani, inteligensi musikal, inteligensi interpersonal, inteligensi intrapersonal, inteligensi lingkungan, dan inteligensi eksistensial.
        Pada umumnya siswa hanya menonjol pada beberapa inteligensi. Namun demikian, sebenarnya mereka dapat dibantu lewat pendidikan dan bantuan guru untuk mengembangkan inteligensi yang lain. Harapannya, dengan bantuan tersebut siswa dapat mengembangkan hidup secara menyeluruh.
        Inteligensi merupakan kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu seting yang bermacam-macam dan dalam situasi yang nyata (Gardner, 1983 ; 1993). Karena merupakan kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk, inteligensi perlu dikembangkan. Pendidik mempunyai peran dan andil yang cukup besar dalam membantu perkembangan inteligensi siswa. Inteligensi siswa yang sudah tinggi dapat dimaksimalkan sedangkan inteligensi yang masih kurang dapat dibantu untuk ditingkatkan. Dengan demikian, siswa akan mampu memecahkan persoalan hidup dalam situasi yang bermacam-macam di kelak kemudian hari.

PRINSIP-PRINSIP UMUM PENGEMBANGAN INTELIGENSI GANDA 

        Inteligensi bukanlah sesuatu yang statis, inteligensi ganda dapat dikembangkan. Inteligensi ganda dapat dibantu melalui pendidikan melalui latihan-latihan. Menurut Haggerty ada enam prinsip umum untuk membantu mengembangkan inteligensi ganda pada siswa (Haggerty, 1995 : 46—47). Keenam prinsip tersebut adalah :
  1. Pendidikan harus memperhatikan semua kemampuan intelektual. Mengajar tidak boleh hanya berfokus pada satu jenis inteligensi saja. Satu inteligensi tidak cukup untuk menjawab persoalan manusia secara menyeluruh. Dalam pembelajaran perlu diterapkan inteligensi yang lain.
  2. Pendidikan harus bersifat individual. Pendidikan harus bersifat personal atau individual dengan memperhatikan jenis inteligensi yang dipunyai siswa. Mengajar secara klasikal dengan materi, cara, dan waktu yang sama kurang tepat diterapkan. Pembelajaran klasikal kurang menguntungkan dan tidak memperhatikan perbedaan individu.
  3. Pendidikan harus menyemangati siswa untuk dapat menentukan tujuan dan program belajar. Pendidikan perlu memberi kebebasan siswa untuk menggunakan cara belajar dan cara kerja berdasarkan minat dan inteligensi siswa. Siswa perlu diberi kebebasan untuk menentukan tujuan belajar dan cara mengevaluasinya. Siswa juga perlu dibantu untuk mengerti potensi intelektual mereka dan cara mengembangkannya.
  4. Sekolah harus menyediakan fasilitas dan sarana yang dibutuhkan siswa. Misalnya, bila siswa membutuhkan alat-alat musik untuk mengembangkan kecerdasan musikalnya maka alat-alat itu harus ada. Dengan fasilitas dan sarana yang memadai diharapkan siswa dapat melatih kemampuan intelektual mereka berdasarkan inteligensi ganda.
  5. Evaluasi belajar harus lebih kontekstual. Evaluasi belajar bukan berupa tes tertulis melainkan berupa pengalaman lapangan langung. Dengan pengalaman langsung maka dapat diamati ada tidaknya kemajuan performa siswa.
  6. Pendidikan sebaiknya tidak dibatasi di dalam gedung sekolah. Inteligensi ganda menuntut pendidikan dilaksanakan di mana saja. Pendidikan bisa dilaksanakan di dalam kelas, di luar kelas, lewat masyarakat, kegiatan ekstrakurikuler, atau kontak dengan orang luar.

CARA MENGEMBANGKAN INTELIGENSI GANDA

        Beberapa latihan dapat membantu siswa untuk mengembangkan inteligensi ganda sekaligus membantu para guru untuk mengenali dan mengembangkan inteligensi ganda. Berikut ini adalah cara-cara untuk mengembangkan inteligensi ganda. 

1. Inteligensi Linguistik
        Inteligensi linguistik berkaitan dengan kemampuan berbahasa baik lisan maupun tertulis. Guru dapat mengembangkan inteligensi ini dengan melatih siswa untuk membaca, terutama hal-hal yang mereka senangi. Siswa dapat dibantu juga untuk membuat kalimat dengan kata-kata baru, mengarang cerita atau pengalaman sehari-hari, membuat buku harian, dan menulis puisi. Untuk mengembangkan kemampuan berbahasa lisan, siswa dibantu untuk berbicara formal, menyelenggarakan debat, diskusi kelompok, atau bercerita di depan kelas.
        Bagi guru sendiri semua hal di atas dapat juga dilatihkan. Banyak membaca buku terutama novel dan cerita menarik mampu meningkatkan inteligensi linguistik. Membaca selain meningkatkan inteligensi linguistik juga memberi manfaat bagi pengembangan pengetahuan. 

2. Inteligensi Matematis Logis
Inteligensi matematis logis berkaitan dengan kemampuan berpikir logis, nalar, abstrak, matematis, sebab akibat dan berurutan. Latihan yang mampu mengembangkan inteligensi ini adalah membuat formula atau simbol, membuat simpulan dari konkret ke abstrak, membuat garis besar jalan pikiran, mengorganisasikan dengan grafik, mengurutkan sesuatu dengan bilangan, melatih berhitung, melatih silogisme, membiasakan problem solving, atau memberikan permainan-permainan yang mempunyai pola.
Bagi guru melatih inteligensi matematis logis dapat juga dilakukan dengan latihan seperti di atas. Dapat juga melatih dengan cara berpikir logis dengan logika yang benar, memecahkan persoalan hidup secara rasional dan nalar. Guru dapat dilatih mengkritisi persoalan dalam kehidupan sehari-hari tanpa dipengaruhi emosi. Latihan menghitung, membaca grafik data juga dapat mengembangkan inteligensi matematis logis. 

3. Inteligensi Musikal
       Wujud inteligensi musikal adalah kepekaan pada musik, lagu, ritme, nada dan sejenisnya. Cara mengembangkan inteligensi musikal adalah dengan latihan mengenal tone suara, melatih ritme lagu, menyanyi, memainkan alat musik seperti angklung, gamelan, piano, dan sebagainya. Mengenali suara lingkungan, suara instrumental, suara orang juga baik dilakukan. Siswa juga dapat diajari menyusun lagu sederhana dan mementaskan musik.
        Untuk guru, cara mengembangkan inteligensi ini dengan berlatih menyanyi atau latihan mendengarkan berbagai musik seperti rock, klasik, pop, dangdut atau tradisional. Dapat juga dilakukan dengan membentuk kelompok koor guru. 

4. Inteligensi Ruang Visual
       Wujud inteligensi ruang visual adalah warna, bentuk, desain, tekstur, pola, gambar, atau simbol visual yang dapat dilihat. Bila ingin mengembangkan inteligensi tersebut, hal-hal tersebut dapat menjadi sarananya. Cara mengembangkan inteligensi ruang visual adalah melatih siswa untuk menggambarkan sesuatu di otaknya, berangan-angan tentang sesuatu, berlatih dengan warna, menggambar, melukis, membuat peta, mematung, bermain catur, mengamati gambar tiga dimensi, dan sebagainya.
        Menurut Lazear (1998) sebagai pendidik ada beberapa latihan yang perlu dilakukan. Latihan-latihan tersebut adalah :
  • Pada waktu makan secara intensif mengamati warna yang ada di sekitar kita dan bagaimana warna-warna itu mempengaruhi kita.
  • Waktu berangkat kerja kita mencoba mengamati warna-warna yang ada di jalan, iklan-iklan di jalan, desain yang ada, bangunan yang kita lewati, ataupun orang-orang yang kita lihat.
  • Menggambarkan apa yang dikatakan teman kita pada waktu berbicara serta memvisualisasikan dalam otak kita apa yang mereka inginkan.
  • Setiap kali membuat catatan sebaiknya dibubuhi simbol gambar visual yang sesuai. Misalnya, pergi rapat dengan simbol bel, waktu mengajar dengan simbol buku.
  • Membayangkan ruangan rumah kita secara cermat, kemudian sewaktu pulang masuklah rumah dengan mata tertutup.
5. Inteligensi Kinestetik Badani
        Inti inteligensi kinestetik badani adalah pada bahasa tubuh dan gerak tubuh. Misalnya berupa olahraga, tari, kerja tangan, drama, mimik, dansa, isyarat, bermain peran, dan sebagainya. Cara mengembangkan inteligensi kinestetik badani pada siswa adalah latihan drama, menggunakan bahasa tubuh, latihan pantomim, olahraga, bermain peran, dansa, latihan menari, dan latihan fisik yang lain. Lazear (1998) memberikan latihan kecil untuk mengembangkan inteligensi kinestetik badani. Latihan-latihan tersebut adalah :
  • Melatih bermacam-macam cara berjalan dan merasakan dampaknya bagi kita, misalnya jalan pelan, jalan tergesa-gesa, dan sebagainya.
  • Melatih dan menyadari reaksi tubuh terhadap rangsangan dari luar. Misalnya, merasakan reaksi tubuh terhadap suasana tegang, bingung, suasana yang menyenangkan, ketidakpastian, atau suasana yang lain.
  • Mencoba memperhatikan bahasa tubuh orang yang sedang berbicara atau berkomunikasi dengan orang lain.
  • Latihan menyadari apa yang akan kita lakukan dengan tubuh kita sebelum melakukan sesuatu. Misalnya, bila ingin memakai sepatu, pikirkan dan sadari langkahnya : berdiri, pergi ke rak sepatu, duduk, dan menggunakannya.
  • Pada waktu sibuk mengerjakan rutinitas mencoba berhenti dan berpikir sebentar untuk menyadari dan merasakan anggota tubuh kita melakukan tugas tersebut. 

6. Inteligensi Interpersonal
       Kita adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain untuk hidup. Inteligensi interpersonal berkaitan dengan kemampuan untuk hidup bersama, bergaul, berkomunikasi, dan berelasi dengan orang lain.
        Guru dapat membantu siswa mengembangkan inteligensi interpersonal dengan beberapa latihan seperti memberikan feedback, memahami perasaan orang lain, strategi belajar bersama, komunikasi antarsesama, empati kepada orang lain terutama yang sedang sakit, sedih, melatih keterampilan kerjasama, menerima kritik dengan tenang, merasakan motif teman-temannya, atau melakukan tugas kelompok.
        Menurut Lazear (1998) ada beberapa latihan yang perlu dilakukan guru untuk mengembangkan inteligensi interpersonal. Latihan-latihan tersebut adalah :
  • Melatih menjadi pendengar yang baik saat berkomunikasi dengan teman lain.
  • Mencoba pergi ke tempat banyak orang yang tidak kita kenal kemudian mencoba menjalin komunikasi dengan orang-orang tersebut.
  • Berempati terhadap tokoh yang ada dalam televisi, cerita atau novel.
  • Belajar melihat hal positif dari orang lain baik yang kita sukai atau tidak.
  • Bila kita bekerja sama dengan banyak orang dalam tim, catat sebanyak-banyaknya strategi kerjasama yang efektif dan meningkatkan kerjasama. Gunakan catatan tersebut untuk menganalisis teman-teman dan meningkatkan kerjasama. 
7. Inteligensi Intrapersonal
        Salah satu ciri manusia adalah pribadi yang unik dan lain daripada yang lain. Tidak mustahil dalam hidup ini kita ingin selalu melihat diri, merefleksi diri, menerima diri, dan mengerti diri lebih mendalam.
      Beberapa latihan yang dapat mengembangkan inteligensi intrapersonal adalah melatih metode refleksi, mengolah emosi, prosedur mengenal diri, melatih konsentrasi, dan latihan melihat diri ke dalam. Bagi guru beberapa latihan yang diusulkan Lazear (1998) untuk membantu mengembangkan inteligensi ini adalah :
  • Bila mengalami sesuatu yang mengagetkan perasaan, seperti marah, bingung, jenuh, atau tidak sabar, berhenti sejenak lalu lihatlah seluruh proses perasaan yang terjadi pada diri kita.
  • Mengevaluasi dan merefleksi apa yang telah kita lakukan selama seharian.Apakah semua itu berdampak positif atau tidak. Mana yang kurang tepat dan mana yang perlu dikembangkan selanjutnya.
  • Bila bosan melakukan aktivitas mencoba untuk pergi ke swalayan yang mengharuskan antri panjang untuk membayar.
  • Pada pagi hari sewaktu banyak aktivitas, suara, bisnis, berhentilah sebentar dan ambil nafas dalam beberapa kali. Konsentrasikan pada nafas kita dan singkirkan semua yang lain.
  • Pada akhir hari, luangkan waktu sebentar untuk merefleksikan diri. Apa kejadian penting hari ini? Bila harus melepaskan sesuatu dan membuangnya, apa yang akan kita buang? 
8. Inteligensi Lingkungan
        Inteligensi lingkungan lebih terwujud pada kemampuan mengenal dunia alamiah, alam raya yang meliputi tanaman, binatang, alam, lingkungan, dan studi saintifik tentang hal-hal tersebut. Inteligensi ini dapat dikembangkan dengan berkenalan dengan alam, mengadakan camping dan wisata alam, pergi ke kebun binatang, dan melakukan proyek lingkungan hidup. Praktik berkebun, menanam tanaman, mengenal iklim, mengenal tingkah laku binatang juga sangat baik dilakukan. Oleh karena itu, seyogyanya latihan sering dilakukan di luar kelas daripada di dalam kelas.
        Guru juga dapat mengembangkan inteligensi ini dengan mengadakan wisata alam, ke pantai atau pegunungan. Dapat juga dilakukan dengan cara memelihara binatang, menanam tanaman di sawah atau kebun. Bisa juga mempelajari alam melalui buku atau CD-ROM.
9. Inteligensi Eksistensial
       Inteligensi eksistensial lebih menekankan orang untuk bertanya akan kediriannya dan keberadaannya di dunia. Inteligensi ini lebih pada kepekaan dan kemampuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan terdalam tentang eksistensi manusia, seperti makna hidup, mengapa kita mati, mengapa kita ada, dan sejenisnya. Inteligensi ini lebih menonjol pada para filsuf yang selalu berpikir tentang keberadaan segala sesuatu. Namun demikian kita juga perlu membantu agar siswa menyadari akan inteligensi ini dan berusaha mengembangkannya.
        Untuk mengembangkan inteligensi ini siswa dapat dilatih untuk bertanya pada diri sendiri : mengapa aku ada di dunia ini?, Mengapa aku diciptakan? Untuk apa? Siswa dapat menjawabnya melalui agama atau keyakinannya. Hal yang sama dapat kita lakukan untuk selalu mau bertanya akan keberadaan kita, akan asal dan tujuan hidup kita. Membaca buku-buku filsafat, buku rokhani yang mengulas tentang tujuan hidup manusia, berdiskusi mempertanyakan keberadaan kita adalah cara yang baik untuk menantang berpikir sendiri.

SIMPULAN
       Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan sebagi berikut:
  1. Inteligensi bukanlah kemampuan yang tetap sepanjang hidup. Inteligensi dapat dikembangkan melalui pendidikan. Ada enam prinsip untuk membantu mengembangkan inteligensi ganda pada siswa. Pertama, pendidikan harus memperhatikan semua kemampuan intelektual. Kedua, pendidikan harus bersifat individual. Ketiga, pendidikan harus menyemangati siswa untuk dapat menentukan tujuan dan program belajar. Keempat, sekolah harus menyediakan fasilitas dan sarana yang dibutuhkan siswa. Kelima, evaluasi belajar harus lebih kontekstual. Keenam, pendidikan sebaiknya tidak dibatasi di dalam gedung sekolah.
  2. nteligensi merupakan kemampuan yang dinamis. Karena merupakan kemampuan yang dinamis, inteligensi selalu dapat dikembangkan dan dipupuk. Pendidikan dan pendidik mempunyai andil yang besar untuk membantu mengembangkan inteligensi siswa. Salah satu cara mengembangkan inteligensi adalah dengan mengadakan latihan-latihan. Latihan-latihan yang tepat sesuai karakteristik inteligensi seseorang akan sangat membantu mengembangkan kemampuan inteligensinya.

SARAN
      Saran yang dapat penulis sampaikan sehubungan dengan prinsip-prinsip umum dan pengembangan inteligensi ganda adalah :
  1. Pendidik seyogyanya memahami prinsip-prinsip pengembangan inteligensi. Dengan memahami prinsip-prinsip tersebut, pendidik diharapkan mampu mendesain pembelajaran yang berpedoman pada teori inteligensi ganda.
  2. Pendidik perlu melakukan latihan guna mengembangkan inteligensi dirinya. Pendidik juga perlu senantiasa melaksanakan latihan-latihan yang mampu mengembangkan inteligensi ganda siswa.

DAFTAR PUSTAKA
Gardner, Howard. 1983. Frames of Mind : The Theory of Multiple Intelligence. New York : Basic Books
_______. 1993. Multiple Intelligences. New York : Basic Books
Haggerty . 1995. Nurturing Intelligences : A Guide to Multiple Intelligences Theory and Teaching. New York : Addison-Wesley
Hernowo. 2005. Menjadi Guru yang Mau dan Mampu Mengajar Secara Menyenangkan. Bandung : Mizan Learning Centre
Lazear. 1998. “Seeing is Believing and Knowing” Explorations of Visual/Spatial Intelligence. http : // www.multi-intell.com/articles/vs_article.htm
______.1998. “Getting to Know You and Me! Explorations of Interpersonal and Intrapersonal Intelligences”. http://www.multi-intell.com/articles/inter_intra_article.htm
______.1998. “Actions Speak Louder Thab Words!” Explorations of Bodily / Kinesthetic Intelligence. http://www.muti-intell.com/articles/bk_article.htm
Sindhunata. 2000. Membuka Masa Depan Anak-anak Kita. Yogyakarta : Kanisius
Suparno. 2004. Teori Inteligensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah. Yogyakarta : Kanisius
_______.2004. Tingkat Inteligensi Ganda Guru-guru Matematika dan IPA Santa Ursula dalam Mengajarkan Matematika dan Sains : Artikel. Yogyakarta : Widya Dharma


Tentang Penulis
Nama : Tejo Wahyono
Tugas : Guru SDN 1 Banyuroto Adimulyo Kebumen
Pendidikan Formal : SDN (1985)
SMPN (1988)
SPGN Kebumen (1991)
D2 PGSD  (1993)
S1  (2001)
Pend Profesi (tugas belajar 1th) di USD (2009)
Diklat : TOT Guru Pemandu KKG Matematika (seleksi LPMP Jateng)
Diklat Guru Pemandu Matematika Tingkat Nasional (PPPPTK Matematika Yogyakarta)


Minggu, 09 Agustus 2009

ALAT TULIS UNTUK MENGAJAR

ALAT TULIS UNTUK MENGAJAR DAN KESEHATAN GURU-MURID SD
(Dalam Pemikiran Awam)


        Berbicara tentang alat tulis untuk mengajar, dalam benak kita yang pertama teringat adalah kapur tulis dan Spidol. Kapur tulis identik dengan alat tulis untuk mengajar di SD karena di SMP apalagi SMA sebagian besar sudah menggunakan papan putih (white board) dan spidol. Hampir semua sekolah (SD) di Kabupaten Kebumen menggunakan kapur tulis sebagai alat utama dalam menulis di papan tulis. Selain murah dan mudah mendapatkannya, benda ini mampu menampilkan tulisan yang tajam (tebal) sehingga mudah dibaca oleh siswa yang duduknya di bangku belakang. Sedangkan spidol memiliki kelebihan dilihat dari kebersihan (tidak berdebu). Selain keuntungan yang didapat dari penggunaan kapur tulis maupun spidol, adakah efek buruknya? Pada kesempatan ini saya mengajak rekan-rekan guru dan pemerhati pendidikan pada umumnya untuk merefleksikan penggunaan kapur tulis dan spidol.
        Tulisan ini bukan karya ilmiah tetapi hanya merupakan renungan (refleksi) dari orang yang awam pengetahuan kesehatan. Saya adalah guru SD yang terbiasa mengajar menggunakan kapur tulis, tetapi saat ini sedang bebas dari tugas kedinasan karena melaksanakan tugas belajar di Yogyakarta. Sudah hampir 1 tahun saya tidak menghirup debu kapur. Dulu mengajar di kelas dan menghirup debu kapur, sekarang kuliah dalam ruangan yang bersih berAC dengan media laptop dan LCD/viewer. Dulu kadang-kadang saya batuk-batuk kecil dan tidak tahu penyebabnya apa. Menurut dokter, paru-paru saya sehat tidak ada penyakit seperti alergi, asma, apalagi TBC. Sekarang tanpa berobat nafas terasa segar dan tak lagi ada batuk. Mungkinkah penyebab batuk itu debu kapur?
Ketika mengajar di kelas terutama pada saat menghapus papan tulis, terlihat debu kapur berterbangan. Guru dan murid-murid terutama yang duduknya paling depan tanpa sadar menghirup debu ini. Kejadian ini berlangsung setiap hari. Berapa banyak debu kapur dalam paru-paru guru? Bagaimana pengaruh debu kapur ini bagi anak didik kita? Adakah kandungan berbahaya dari debu kapur bagi kesehatan?
        Berdasarkan hasil penelitian di laboratorium ITB, dibuktikan bahwa kandungan dalam kapur tulis tidak membahayakan pernafasan tetapi butiran kapur tulis kadang menyebabkan sedikit rasa panas di kulit (untuk beberapa orang). Debu kapur tulis tergolong ukuran besar, butirannya tertahan oleh bulu-bulu hidung, sehingga tidak sempat masuk ke dalam paru-paru, tetapi partikel kapur ini dapat menyebabkan batuk-batuk. Justru bahan kimia pelarut dalam spidol yang terhisap tubuh dapat mengganggu kesehatan, karena ukurannya yang lebih kecil dan lebih berbahaya. kalau terhirup maka partikelnya bisa mengendap di paru-paru, sehingga dalam jangka waktu yang lama, bisa menyebabkan penyakit paru-paru.
       Menurut dokter, lingkungan kerja yang berdebu merupakan salah satu faktor beban kerja tambahan di tempat kerja. Gangguan kesehatan akibat lingkungan kerja yang berdebu dapat menyebabkan gangguan kenyamanankerja, gangguan penglihatan dangangguan faal paru. Berbagai kelainan penyakit yang mungkin dapat timbul dari lingkungan kerja yang berdebu kelainan kulit, gangguan gastro intestinal serta kelainan pada saluran pernafasan
          Mengingat adanya efek buruk pada kapur maupun spidol, mungkinkah kedua alat tulis ini kita tinggalkan dan beralih menggunakan media elektronik misalnya laptop dan LCD/viewer? Guru, zaman sekarang memang harus hightech tidak gaptek, namun laptop dan LCD/viewer sekarang masih tergolong mahal sehingga sulit mengadakan alat tersebut untuk memenuhi setiap kelas. Selain mahal, ada kelebihan kapur/spidol yang tidak dimiliki media elektonik ini. Untuk menjelaskan topik tertentu, atau menjawab pertanyaan siswa yang serta-merta penggunaan spidol/kapur tilis dirasa lebih cocok, terlebih lagi untuk mengajar menulis permulaan bagi siswa kelas1 SD, atau menulis halus.
        Kapur tulis maupun spidol keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan. Kekurangan yang perlu diwapadai adalah dampaknya bagi kesehatan. Mengingat dampaknya terhadap kesehatan guru-murid, saya pikir kita (guru) perlu mengusulkan pada pemerintah (instansi terkait) untuk mengadakan penyelidikan dan menemukan alat tulis ramah lingkungan. Indonesia memiliki banyak ahli kimia, LIPI, dan perguruan tinggi terkemuka seperti UGM, ITS, dan ITB yang dapat kita harapkan menemukan sebatang spidol ramah lingkungan. Sambil menunggu ditemukannya alat tulis ramah lingkungan ini kita tetap menggunakan kapur tulis atau spidol dengan dengan hati-hati yaitu:
1.Menggunakan Kapur Tulis
    Jarak hidung ke papan tulis jangan terlalu dekat (  40 cm), kalau mungkin sedikit tahan napas saat menulis. Menghapus papan tulis secara pelan dan gerakan tangan searah dari atas ke bawah. Bersihkan penghapus dengan menepuk-nepukkan secara pelan pada media di luar kelas. Bersihkan debu kapur yang menumpuk di bawah papan tulis secara teratur. Cuci tangan setelah mengajar. Sediakan perlengkapan cuci tangan di depan kelas
2.Menggunakan Spidol
    Jaga jarak antara hidung/mata dengan spidol (  40 cm). Minum susu secara rutin karena susu berfungsi menetralkan zat-zat kimia yang masuk ke dalam tubuh.


Yogyakarta, 3 Agustus 2009
Penulis

Tejo Wahyono, S.Pd.

Sabtu, 25 Juli 2009

PELIHARA HEWAN TERNAK DI SEKOLAH

PELIHARA HEWAN TERNAK DI SEKOLAH


        Sekolah sebagai lingkungan pendidikan yang membekali siswa dengan berbagai pengetahuan, keteraampilan dan pembentukan sikap. Siswa tidak hanya dibekali pengetahuan dan ketrerampilan saja, tetapi sekolah wajib memberikan soft skill yang meliputi budi pekerti, sikap, etika, semangat. Pada kesempatan ini saya akan menyampaikan salah satu kegiatan sekolah yang mendukung hal tersebut yaitu memelihara hewan ternak di sekolah.
        Memelihara hewan ternak di sekolah tidak tidak memerlukan lahan yang luas. 5 atau 6 m2 sudah cukup atau tergantung jumlah dan jenis hewan yang dipelihara. Beberapa jenis hewan yang dapat dipelihara disekolah misalnya: ikan, kelinci, ayam, dan kambing. Sebaiknya tujuan pemeliharaan ini janganlah hanya untuk mendapatkan keuntungan materi. Tujuan dalam rangka pendidikan haruslah diutamakan. Beberapa hal yang merupakan tujuan pendidikan adalah:
1. Melatih siswa bertanggung jawab
    Siswa dapat dikondisikan dalam kelompok kerja dan terjadwal merawat hewan ternak ini.
2. Menumbuhkan cinta pada kehidupan
    Pada dasarnya anak-anak menyukai binatang. Mereka senang merawat dan memelihara binatang.    Rasa cinta ini perlu dipupuk dan dikembangkan sejak dini. Dalam puisi Dorothy (Dorothy law Nolte) salah satu baitnya tertulis: jika anak dibesarkan dalam kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan. Sikap ini diharapkan tumbuh melalui menyayangi binatang ternak dan kebersamaan kelompok kerja dalam suasana senang merawat dan memelihara ternak.
3. Media Pembelajaran
    Ketika guru menjelaskan materi yang berhubungan dengan hewan (sesuai indikator) siswa dapat diajak ke kandang ternak sekolah. Tidak semua siswa dirumah memiliki ternak, dimungkinkan ada siswa yang belum memahami sifat hewan tersebut. Pembuatan kandang haruslah sesuai ketentuan kesehatan misalnya:a. Kandang menghadap ke arah timur dengan tujuan agar memperoleh sinar matahari yang cukup.
b. Jarak dengan ruang kelas/kantor minimal 10 m
c. Posisis lantai kandang lebih tinggi dari tanah di sekitarnya
d. Adanya selokan/parit untuk mengalirkan air kotor
4. Melatih kedisiplinan
Hewan ternak memerlukan perawatan rutin, menjadikan siswa disiplin melaksanakan tugas.
5. Melatih kerja sama
Pembentukan kelompok membiasakan siswa kerjasama.
6. Merangsang tumbuh dan berkembangnya intelegensi ganda (Multiple intelegence menurut Howar Gagner)
     Beberapa hal yang menyangkut intelegensi ganda yang dapat dikembangkan melalui pemeliharaan hewan ternak misalnya:
  • Inteligensi Natural dikembangkan melalui kegiatan mencari dan memberi makan ternak siswa menjadi akrab dengan lingkungan alam.
  • Inteligensi inter personal dikembangkan melalui kegiatan kerja sama merawat hewan ternak
  • Inteligensi intra personal dikembangkan melalui reflesi tentang hidup, perbedaan manusia dan hewan
Selain keuntungan di atas, sekolah perlu memperhatikan beberapa hal:
1. Perlunya petugas yang bertanggung jawab
     Walaupun sudah dibentuk kelompok siswa yang bertanggung jawab (piket) dan terjadwal dengan baik, masih tetap diperlukan petugas yang merawat. Petugas ini biasanya diserahkan pada penjaga sekolah
2. Bimbingan guru
     Guru harus membimbing dan mengawasi kegiatan siswa sehingga tujuan beternak dalam rangka pendidikan tercaoai.
3. Tidak membebani siswa
    Tugas siswa yang utama adalah belajar. Kegiatan beternak hanyalah dalam rangka pendidikan sehingga harus dipertimbangkan jumlah dan beban kerja siswa jangan sampai mengganggu waktu belajar.
4. Kesehatan ternak
    Kesehatan ternak harus diperhatikan mengingat beberapa jenis penyakit ternak dapat menular pada manusia seperti flu burung.


Tentang Penulis
Penulis (Tejo Wahyono, S.Pd) adalah guru SDN 1 Banyuroto Kecamatan Adimulyo Kebumen. Saat ini sedang bebas dari tugas kedinasan karena melaksanakan tugas belajar di USD Yogyakarta selama 1 tahun.