Minggu, 15 Agustus 2021

Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

 

Keberhasilan seorang pemimpin dalam mengemban salah satu tugas tersulit, yaitu mengambil suatu keputusan yang efektif. Keputusan-keputusan ini, secara langsung atau tidak langsung bisa menentukan arah dan tujuan institusi atau lembaga yang dipimpin, tentunya berdampak kepada mutu pendidikan yang didapatkan murid. Paparan berikut menguraikan tentang Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran dengan sumber Modul Pendidikan Guru Penggerak.

Ketika kita menghadapi situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup. Secara umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini: 

  1. Individu lawan masyarakat (individual vs community)
  2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
  3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
  4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term) 

Perbedaan Dilema Etika dan Bujukan Moral

Dilema Etika (benar vs benar) situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan dimana kedua pilihan secara moral benar tetapi bertentangan. Bujukan Moral (benar vs salah) Situasi yang terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar atau salah.

Nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang mendasari pemikiran seseorang dalam mengambil suatu keputusan yang mengandung unsur dilema etika, sebagai berikut.

1. Melakukan, demi kebaikan orang banyak.

2. Menjunjung tinggi prinsip-prinsip/nilai-nilai dalam diri Anda.

3. Melakukan apa yang Anda harapkan orang lain akan lakukan kepada diri Anda

Etika tentunya bersifat relatif dan bergantung pada kondisi dan situasi, dan tidak ada aturan baku yang berlaku. Tentunya ada prinsip-prinsip yang lain, namun ketiga prinsip di sini adalah yang paling sering dikenali dan digunakan. Ada tiga prinsip yang dapat membantu dalam menghadapi pilihan-pilihan yang penuh tantangan, yang harus dihadapi pada dunia saat ini. (Kidder, 2009, hal 144). Ketiga prinsip tersebut adalah:

1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

Agar kita dapat mengambil keputusan dengan tepat, berikut disajikan Sembilan Langkah Pengambilan Keputusan.

1.      Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.

Kalau kita terlalu berlebihan dalam menerapkan langkah ini, dapat membuat kita menjadi orang yang terlalu mendewakan aspek moral, sehingga kita akan mempermasalahkan setiap kesalahan yang paling kecil pun. Sebaliknya bila kita terlalu permisif, maka kita bisa menjadi apatis dan tidak bisa mengenali aspek-aspek permasalahan etika lagi.  

2.      Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.

Karena dalam hubungannya dengan permasalahan moral, kita semua seharusnya merasa terpanggil.

3.      Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.

Data-data tersebut penting untuk kita ketahui karena dilema etika tidak menyangkut hal-hal yang bersifat teori, namun ada faktor-faktor pendorong dan penarik yang nyata di mana data yang mendetail akan bisa menggambarkan alasan seseorang melakukan sesuatu dan kepribadian seseorang akan tercermin dalam situasi tersebut. Hal yang juga penting di sini adalah analisis terhadap hal-hal apa saja yang potensial akan terjadi di waktu yang akan datang.

4.      Pengujian benar atau salah

  • Uji Legal

Pilihannya menjadi membuat keputusan yang mematuhi hukum atau tidak, bukannya keputusan yang berhubungan dengan moral.

  • Uji Regulasi/Standar Profesional

Bila dilema etika tidak memiliki aspek pelanggaran hukum di dalamnya, mungkin ada pelanggaran peraturan atau kode etik. Anda mungkin tidak dihukum karena melanggar kode etik profesi Anda, tapi Anda akan kehilangan respek sehubungan dengan profesi Anda.

  • Uji Intuisi

Langkah ini mengandalkan tingkatan perasaan dan intuisi Anda dalam merasakan apakah ada yang salah dengan situasi ini. Apakah tindakan ini mengandung hal-hal yang akan membuat Anda merasa dicurigai.

  • Uji Halaman Depan Koran

Jika  keputusan yang ada hubungannya dengan ranah pribadi dipublikasikan pada halaman depan dari koran atau medsos dan kita merasa tidak nyaman berarti kita sedang menghadapi dilema etika.

  • Uji Panutan/Idola

Kita membayangkan apa yang akan dilakukan oleh seseorang yang merupakan panutan keputusan apa yang kira-kira akan beliau ambil.

Yang perlu dicermati dari beberapa uji keputusan di atas, ada tiga uji yang sejalan dengan prinsip pengambilan keputusan yaitu:

·         Uji Intuisi berhubungan dengan berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking) yang tidak bertanya tentang konsekuensi tapi bertanya tentang prinsip-prinsip yang mendalam.

·         Uji halaman depan koran, sebaliknya, berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking) yang mementingkan hasil akhir.

·         Uji Panutan/Idola berhubungan dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking), di mana ini berhubungan dengan golden rule yang meminta Anda meletakkan diri Anda pada posisi orang lain.

Bila situasi dilema etika yang kita hadapi, gagal di salah satu atau bahkan lebih dari satu uji keputusan tersebut, sebaiknya jangan mengambil risiko membuat keputusan yang membahayakan atau merugikan, karena situasi yang Anda hadapi bukanlah situasi dilema moral, namun bujukan moral.

5.      Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.

Dari keempat paradigma berikut ini, identifikasi paradigma mana yang terjadi di situasi ini?

·         Individu lawan masyarakat (individual vs community)

·         Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

·         Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

·         Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

Penting mengidentifikasi paradigma, ini bukan hanya mengelompokkan permasalahan namun membawa penajaman pada fokus kenyataan bahwa situasi ini betul-betul mempertentangkan antara dua nilai inti kebajikan yang sama-sama penting.

6.      Melakukan Prinsip Resolusi

Dari 3 prinsip penyelesaian dilema di bawah ini, mana yang akan sesuai?

o    Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

o    Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

o    Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

7.      Investigasi Opsi Trilema

Mencari opsi yang ada di antara 2 opsi. Mungkin akan muncul sebuah penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir sebelumnya yang bisa saja muncul di tengah-tengah kebingungan menyelesaikan masalah.

8.      Buat Keputusan

Pada akhirnya kita harus membuat keputusan yang membutuhkan keberanian secara moral untuk melakukannya.

9.      Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan

Ketika keputusan sudah diambil, refleksikan dan ambil pelajarannya untuk dijadikan acuan bagi kasus-kasus selanjutnya.

 

Pengantar Pembelajaran Berdiferensiasi

 

Kita percaya bahwa anak lahir dengan keunikannya masing-masing. Sebagai pendidik, kita wajib memastikan agar setiap anak mendapatkan kesempatan yang sama untuk belajar dengan cara terbaik yang sesuai untuk mereka. Melalui praktik pembelajaran berdiferensiasi, murid tidak hanya dapat memaksimalkan potensi mereka, tapi juga dapat belajar tentang berbagai nilai-nilai kehidupan yang penting. Nilai-nilai tentang indahnya perbedaan, menghargai, makna baru dari kesuksesan, kekuatan diri, kesempatan yang setara, kemerdekaan belajar, dan berbagai nilai penting lainnya yang akan berkontribusi terhadap perkembangan diri  secara holistik/utuh. Kita harus mengetahui bagaimana proses pembelajaran berdiferensiasi ini dapat dilakukan, dengan cara-cara yang memungkinkan guru untuk dapat mengelolanya secara efektif.

Pembelajaran berdiferensiasi bukan berarti bahwa guru harus mengajar dengan cara berbeda antar semua siswa di kelasnya. Bukan pula berarti bahwa guru harus memperbanyak jumlah soal untuk murid yang lebih cepat bekerja dibandingkan yang lain. Guru tidak harus mengelompokkan siswa berdasarkan kemampuan akademiknya. Guru tidak perlu memberikan tugas yang berbeda untuk setiap murid. Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah sebuah proses pembelajaran yang merepotkan, di mana gurunya harus membuat beberapa perencanaan pembelajaran sekaligus, dimana guru harus sibuk ke sana kemari untuk membantu semua siswa secara satu persatu dalam waktu yang sama.

Apa itu pembelajaran berdiferensiasi? Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid.  Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan:

1.       Bagaimana guru menciptakan lingkungan belajar yang mengundang murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Guru memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang proses pembelajaran.

2.       Kurikulum disusun dengan tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas, sehingga siswa paham tujuan pembelajaran.

3.       Penilaian berkelanjutan sehingga guru menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif, untuk memetakan tingkat keberhasilan murid.

4.       Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya. Bagaimana guru akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid. Misalnya, apakah guru perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda.

5.       Manajemen kelas yang efektif sehingga guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas. Jangan lupa buat struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif

Agar dapat membuat keputusan-keputusan yang tepat,  kita perlu melakukan pemetaan kebutuhan belajar murid. Menurut Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom tertulis bahwa kita dapat mengkategorikan kebutuhan belajar murid, berdasarkan 3 aspek yaitu: 1) Kesiapan belajar (readiness) murid, 2) Minat murid, dan 3) Profil belajar murid