Sabtu, 25 September 2010

Menghadiri Acara Pemberian Hadiah dan Penghargaan Pemenang Sayembara Penulisan Naskah Buku Pengayaan Tahun 2010

    Pesawat Batavia mengantarku dari Adisucipto menuju Cengkareng. Perjalanan yang menyenangkan karena kata seorang rekan  yang pernah jadi pemenang tahun lalu ” Kalau sudah dapat undangan pasti jadi pemenang”. Kata-kata itu membuat saya merasa percaya diri dan enjoy tanpa beban. Yang dibayangkan hanya ”Saya datang ke Jakarta untuk merayakan kemenangan, mendapat penghargaan, dan uang setara tunjangan profesiku (sertifikasi) selama setahun. 
       Taxi “Blue Bird” mengantarku dari Cengkareng ke lobi Hotel Oasis Amir.  Di lobi hotel, saya diterima oleh panitia dari pusbuk. Setelah menyerahkan syarat-syarat administrasi dan mendapat kunci kamar semua peserta diperbolehkan istirahat. 
        Kegiatan hari pertama adalah wawancara dengan dewan juri. Setiap peserta diwawancarai antara satu sampai dua jam. Tujuan wawancara adalah untuk membuktikan keaslian karya. Hal ini saya rasakan dari pertanyaan-pertanyaan yang berkesan mengejar dan tatapan mata yang mengajak beradu. 
       Pihak panitia mengumumkan bahwa pengumuman pemenang dilaksanakan besok, karena diskusi dewan juri sangat alot. Saya tidak punya pikiran lain-lain, bayangan saya besok semua peserta akan dinyatakan sebagai pemenang.  Ternyata yang saya pikirkan beda dengan pikiran rekan yang lain, ada yang kuatir dieliminasi. Informasi ini saya dengar dari rekan yang sempat mengucapkan “Ini pasti ada apa-apa (ada yang dieliminasi) kalau tidak, pengumuman tentu dilaksanakan sesuai jadwal malam ini”. Masuk akal juga pemikirannya, kalau diumumkan malam ini peserta yang dieliminasi tentu kacau dan ingin pulang malam ini juga. Padahal beli tiket pesawat kan tidak seperti beli tiket bus “omprengan”.  Ketegangan nampak dari belum banyaknya canda tawa dan beberapa peserta tampak lesu.
 
        Walaupun ada rekan yang khawatir dieliminasi, saya lebih percaya pada kata-kata seorang rekan yang pernah jadi pemenang tahun lalu ” Kalau sudah dapat undangan pasti jadi pemenang”.  Malam itu saya tetap enjoy, kapan lagi dapat menikmati fasilitas kamar dengan tarif Rp 850.000,00 per-hari. Sambil minum kopi, duduk di dekat jendela kamar lantai 14 menikmati indahnya malam di pusat kota Jakarta. Kerlap-kerlip lampu sangat mempesona. 
        Pengumuman pemenang dibacakan pada hari kedua oleh ketua dewan juri. Ternyata dugaanku meleset. Ada tiga orang yang dieliminasi. Mereka terpaksa diperbolehkan pulang. Memang kasihan, tapi itu sudah jadi keputusan dewan juri. Dewan juri memegang prinsip mengedepankan mutu dan keaslian karya. 
     Para pemenang mengikuti acara hari kedua yaitu peningkatan wawasan dan audensi dengan menteri pendidikan nasional. Peningkatan wawasan dlaksanakan dengan wisata ke museum Purna Bhakti, TMII, dan menyaksikan Film di Keong Mas. Pada tahun-tahun sebelumnya, acara audiensi dengan menteri diterima langsung oleh bapak menteri. Tapi tahun ini adalah tahun pertama ada jabatan wakil menteri, sehingga kami deterima oleh wakil meteri pendidikan nasional Bapak Prof.dr. Fasli Jalal. P.HD. di ruang tamu menteri pendidikan nasional.
        Bapak wakil menteri ternyata gemar membaca. Beliau tertarik dengan novel “Negeri 5 Menara” yang kaya pesan moral dengan latar lingkungan pondok pesantren. Beliau memberikan hadiah buku “Negeri 5 Menara” kepada semua pemenang sayembara yang dibeli dengan uang gajinya sendiri. Tidak hanya itu beliau juga mengundang pengarangnya “Bapak Ahmad Fuadi” untuk mengisi kegiatan work shop pada hari berikutnya.
 
     Kegiatan hari ketiga adalah workshop dan pengumuman pemenang di auditoriun TVRI. Pembicara work shop adalah Gol A Gong dan Ahmad Fuadi. Pengumuman pemenang melalui siaran langsung di auditoriun TVRI dilaksanakan pukul 14.00 s.d. 16.00 wib.  
      Malam harinya adalah acara pesta kemenangan, perpisahan, dan pembagian hadiah. Tak perlu saya tuliskan nominalnya ya! Ya, seperti dalam pengumuman sayembara. Masih ada beberapa hadiah tambahan berupa sebuah travel bag besar, kamera digital, dan buku, kamus, novel, puisi yang jumlahnya banyak dan membuat travel bag itu penuh dan berat. Karena banyak dan beratnya hadiah tambahan, seorang rekan pemenang (dosen ISI Yogyakarta) sempat kebingungan bagaimana membawanya. Ya, karena bagasi pesawat yang dipesannya hanya 20 Kg. 
       Sebenarnya saya juga ingin pulang naik pesawat lagi karena anggaran uang transport dari pusbuk adalah pesawat. Tapi, ada seorang rekan (dosen UMP Purwokerto) mengajak pulang bersama. Purwokerto kan tidak ada bandara. Akhirnya saya pulang naik kereta exekutive membawa dua travel bag besar dan kenangan indah. 
      Sengaja saya tuliskan hadiah dan kegiatan yang menyenangkan agar rekan-rekan tertarik dan termotivasi untuk mengikuti sayembara ini. Kalau saya bisa, tentu rekan-rekan lebih bisa. Mari kita berjuang untuk menjadi pemenang sayembara di tahun depan. Saya tidak merasa rekan-rekan sebagai saingan karena ada beberapa kategori jenis naskah lomba yang berbeda. Semoga dengan semakin banyaknya peserta yang mengirimkan naskah, pemerintah akan meningkatkan hadiahnya! Amin!