Minggu, 09 Agustus 2009

ALAT TULIS UNTUK MENGAJAR

ALAT TULIS UNTUK MENGAJAR DAN KESEHATAN GURU-MURID SD
(Dalam Pemikiran Awam)


        Berbicara tentang alat tulis untuk mengajar, dalam benak kita yang pertama teringat adalah kapur tulis dan Spidol. Kapur tulis identik dengan alat tulis untuk mengajar di SD karena di SMP apalagi SMA sebagian besar sudah menggunakan papan putih (white board) dan spidol. Hampir semua sekolah (SD) di Kabupaten Kebumen menggunakan kapur tulis sebagai alat utama dalam menulis di papan tulis. Selain murah dan mudah mendapatkannya, benda ini mampu menampilkan tulisan yang tajam (tebal) sehingga mudah dibaca oleh siswa yang duduknya di bangku belakang. Sedangkan spidol memiliki kelebihan dilihat dari kebersihan (tidak berdebu). Selain keuntungan yang didapat dari penggunaan kapur tulis maupun spidol, adakah efek buruknya? Pada kesempatan ini saya mengajak rekan-rekan guru dan pemerhati pendidikan pada umumnya untuk merefleksikan penggunaan kapur tulis dan spidol.
        Tulisan ini bukan karya ilmiah tetapi hanya merupakan renungan (refleksi) dari orang yang awam pengetahuan kesehatan. Saya adalah guru SD yang terbiasa mengajar menggunakan kapur tulis, tetapi saat ini sedang bebas dari tugas kedinasan karena melaksanakan tugas belajar di Yogyakarta. Sudah hampir 1 tahun saya tidak menghirup debu kapur. Dulu mengajar di kelas dan menghirup debu kapur, sekarang kuliah dalam ruangan yang bersih berAC dengan media laptop dan LCD/viewer. Dulu kadang-kadang saya batuk-batuk kecil dan tidak tahu penyebabnya apa. Menurut dokter, paru-paru saya sehat tidak ada penyakit seperti alergi, asma, apalagi TBC. Sekarang tanpa berobat nafas terasa segar dan tak lagi ada batuk. Mungkinkah penyebab batuk itu debu kapur?
Ketika mengajar di kelas terutama pada saat menghapus papan tulis, terlihat debu kapur berterbangan. Guru dan murid-murid terutama yang duduknya paling depan tanpa sadar menghirup debu ini. Kejadian ini berlangsung setiap hari. Berapa banyak debu kapur dalam paru-paru guru? Bagaimana pengaruh debu kapur ini bagi anak didik kita? Adakah kandungan berbahaya dari debu kapur bagi kesehatan?
        Berdasarkan hasil penelitian di laboratorium ITB, dibuktikan bahwa kandungan dalam kapur tulis tidak membahayakan pernafasan tetapi butiran kapur tulis kadang menyebabkan sedikit rasa panas di kulit (untuk beberapa orang). Debu kapur tulis tergolong ukuran besar, butirannya tertahan oleh bulu-bulu hidung, sehingga tidak sempat masuk ke dalam paru-paru, tetapi partikel kapur ini dapat menyebabkan batuk-batuk. Justru bahan kimia pelarut dalam spidol yang terhisap tubuh dapat mengganggu kesehatan, karena ukurannya yang lebih kecil dan lebih berbahaya. kalau terhirup maka partikelnya bisa mengendap di paru-paru, sehingga dalam jangka waktu yang lama, bisa menyebabkan penyakit paru-paru.
       Menurut dokter, lingkungan kerja yang berdebu merupakan salah satu faktor beban kerja tambahan di tempat kerja. Gangguan kesehatan akibat lingkungan kerja yang berdebu dapat menyebabkan gangguan kenyamanankerja, gangguan penglihatan dangangguan faal paru. Berbagai kelainan penyakit yang mungkin dapat timbul dari lingkungan kerja yang berdebu kelainan kulit, gangguan gastro intestinal serta kelainan pada saluran pernafasan
          Mengingat adanya efek buruk pada kapur maupun spidol, mungkinkah kedua alat tulis ini kita tinggalkan dan beralih menggunakan media elektronik misalnya laptop dan LCD/viewer? Guru, zaman sekarang memang harus hightech tidak gaptek, namun laptop dan LCD/viewer sekarang masih tergolong mahal sehingga sulit mengadakan alat tersebut untuk memenuhi setiap kelas. Selain mahal, ada kelebihan kapur/spidol yang tidak dimiliki media elektonik ini. Untuk menjelaskan topik tertentu, atau menjawab pertanyaan siswa yang serta-merta penggunaan spidol/kapur tilis dirasa lebih cocok, terlebih lagi untuk mengajar menulis permulaan bagi siswa kelas1 SD, atau menulis halus.
        Kapur tulis maupun spidol keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan. Kekurangan yang perlu diwapadai adalah dampaknya bagi kesehatan. Mengingat dampaknya terhadap kesehatan guru-murid, saya pikir kita (guru) perlu mengusulkan pada pemerintah (instansi terkait) untuk mengadakan penyelidikan dan menemukan alat tulis ramah lingkungan. Indonesia memiliki banyak ahli kimia, LIPI, dan perguruan tinggi terkemuka seperti UGM, ITS, dan ITB yang dapat kita harapkan menemukan sebatang spidol ramah lingkungan. Sambil menunggu ditemukannya alat tulis ramah lingkungan ini kita tetap menggunakan kapur tulis atau spidol dengan dengan hati-hati yaitu:
1.Menggunakan Kapur Tulis
    Jarak hidung ke papan tulis jangan terlalu dekat (  40 cm), kalau mungkin sedikit tahan napas saat menulis. Menghapus papan tulis secara pelan dan gerakan tangan searah dari atas ke bawah. Bersihkan penghapus dengan menepuk-nepukkan secara pelan pada media di luar kelas. Bersihkan debu kapur yang menumpuk di bawah papan tulis secara teratur. Cuci tangan setelah mengajar. Sediakan perlengkapan cuci tangan di depan kelas
2.Menggunakan Spidol
    Jaga jarak antara hidung/mata dengan spidol (  40 cm). Minum susu secara rutin karena susu berfungsi menetralkan zat-zat kimia yang masuk ke dalam tubuh.


Yogyakarta, 3 Agustus 2009
Penulis

Tejo Wahyono, S.Pd.